RadarGorontalo.com – Sejak dua hari terakhir, masyarakat Gorontalo harus menghadapi serangan prajurit hitam. Hampir seluruh rumah warga, bahkan perkantoran sekalipun terpaksa memadamkan lampu. Tak cuma baunya yang busuk menyengat, bagian badan yang jika terkena liur serangga ini akan berasa gatal dan panas. Nama serangga ini kepindik hitam atau dikenal juga dengan sebutan serangga lembing. Tapi orang Gorontalo menyebutnya ‘henggeo’, karena baunya yang mirip walang sangit.
Hingga kini, belum didapatkan cara mengatasi serangan serangga lembing alias henggeo yang tak cuma menyerang tanaman pagi, tapi juga menyerang pemukiman warga atau tempat-tempat yang ada cahaya lampu. Satu satunya cara mengatasi serangan serangga ini, hanyalah dengan mematikan lampu di malam hari. Sayangnya, cara ini membuat industri kuliner yang rata-rata beroperasi di malam hari, berkurang omsetnya.
Gorontalo bisa dikatakan menjadi salah satu daerah di Indonesia yang populasi penyebaran serangga ini cukup besar. Scotinophara coarctata adalah nama latinnya. Menurut Nancy Kiayi, STP, M.Si dosen Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo mengatakan serangga yang menyukai cahaya atau lampu ini, biasanya masuk ke rumah-rumah warga karena adanya perubahan musim kemarau ke musim hujan, sehingga terganggu habitatnya. “Biasanya masuk ke rumah-rumah kalau habis panen. Karena henggeo ini suka cahaya dan sifatnya termal, makanya setiap ada cahaya atau sinar, henggeo ini tertarik untuk mendekat,” tutur Nancy.
Lanjut kata Nancy, ini merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Dari populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Dari Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun Padi akan menurunkan hasil sekitar 15%. “Artinya ini menganggu hasil panen petani,” ujar Nancy.
Cara sederhana mengatasi hama ini, dengan menggunakan air sabun dimasukan ke dalam botol dan dikocok, kemudian disemprotkan pada Walang sangit. “Kalau bisa gunakan insektisida aerosol dan insektisida residu. Dengan disemprot, henggeo tidak langsung mati, karena yang diserang sistem saraf dan setelah itu henggeo itu pasti mati” jelasnya.
Sementara itu referensi lain terhadap Henggeo ini datang dari Evy Adriani, SP, M.Si dosen Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo. Dikatakan Evy, Henggeo ini bukanlah hama utama pada tanaman Padi, melainkan Wereng hijau, coklat dan penggerek batang atau biasa di Gorontalo dikatakan burung putih. “Nah, jadi walang sangit (henggeo) ini adalah hama sekunder yang sebenarnya tidak terlalu penting di padi atau banyak menyerang padi, tidak sebanding dengan hama-hama yang lain,” imbuh Evy. “Kalau di luar negeri itu, petani modern disana untuk membasmi hama ini, ada plastik perekat khusus pembasmi serangga sekalian feromon atau aroma dari betina serangga untuk menarik serangga jantan, jadi nanti mereka akan menempel disitu dan terperangkap,” pungkas Evy yang juga seorang entomologis atau yang mengkaji tentang serangga. (RG-56)
Tinggalkan Balasan