Radargorontalo-com -Â Persoalan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Komisi Pemilihan Umum (KPU),
yang belakangan kerap salah input data suara Pilpres menjadi menu debat dua tokoh publik, Prof Mahfud MD dan Dr Rizal Ramli.
Soal Situng, dua mantan menteri era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini memiliki pandangan berbeda.
Mahfud, mantan Menteri Pertahanan Indonesia ini berpandangan,kesalahan entry data scan C1 ke Situng tak lantas mengecap KPU curang.
Mahfud yang melihat langsung proses input data di KPU pun menganggap kesalahan itu tidak seberapa jika dibandingkan jumlah keseluruhan TPS.
Pernyataan yang ia unggah di akun Twitter pun direspon oleh RizalRamli, mantan Menteri Keuangan era Gus Dur.
Kepada Mahfud, ia meminta untuk melihat secara langsung fakta kesalahan data penghitungan di lapangan.
Perdebatan kedua mantan pejabat negara ini pun makin panjang dan mendapat perhatian publik,
termasuk perhatian dari mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu.
Said Didu lebih menyoroti soal sistem teknologi informasi milik KPU yang dianggapnya bisa diakali untuk berbuat curang.
“Kami yang biasa merancang sistem berbasis IT paham betul kesalahan IT yang bisa dirancang untuk berbuat curang.
Intinya jika program sudah tidak bisa mengoreksi sistem secara otomatis, artinya sistem itu rawan atau memang dirancang untuk curang.
Semoga bermanfaat buat Prof Mahfud,” tulis Said Didu, Kamis (25/4).
Disinggung soal IT, RR, sapaan Rizal Ramli kembali menyindir mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu yang menganggap kesalahan input data KPU hanya permasalahan keci.
“Mas Mahfud, Said Didu. Kalau saya diundang ke KPU, saya akan bawa rombongan ahli-ahli system analysis, IT, statistics yang jago-jago dan miliki acces ke komputer KPU.
Baru saya berani simpulkan bahwa kesalahan KPU kecil.
Kalau ndak, ora berani,” sindir RR.
Di balas sana-sini, termasuk oleh warganet lain, Mahfud kemudian membalas debat dengan sebuah ‘penutup’.
“Saya baru dapat pesan dari kawan agar saya tak melayani lagi debat soal Situng.
Sebab dari yang mendukung atau yang menyerang ada satu komplotan yang berbagi peran.
Yang satu berperan membela A, satunya berperan membela B dengan sama kerasnya.
Tendensinya mengadu domba agar kacau. Nunggu manual saja,” tutup Mahfud. (Rmol)
Tinggalkan Balasan