RGOL. ID. GORONTALO – Bentuk pernyataan Kadis tidak identik dengan gaya komunikasi pemerintah dan terkesan lebih cenderung kepada gaya komunikasi politik yang bisa membuat kegaduhan dikalangan masyarakat. Motiv-motiv politik dalam gaya komunikasi kadis itu dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut.
Kadis mengungkap isi percakapan yang bersifat personal via telepon antara dirinya dengan Rachmat Gobel ke media, sehingga menjadi konsumsi publik. Gaya komunikasi seperti ini, patut diduga memiliki motiv politik yang kuat.
Frasa bahasa yang digunakan kadis, seolah ingin menggiring pendapat publik, Rachmat Gobel tidak pro kepada pencegahan penyebaran virus COVID-19 ditengah penerapan kehidupan normal baru. Dengan cara mengungkap pernyataan tidak utuh, dibalik permintaan untuk menyalakan lampu menara yang hanya untuk waktu sesat saja, dimalam itu.
Selain membentuk persepsi publik tidak pro terhadap penanganan COVID-19, kadis juga patut diduga telah melakukan character assasination atau pembunuhan citra dan karakter terhadap Rachmat Gobel selaku pejabat negara, melalui pemaksaan opini sesat ke publik. Hal ini trlihat dari,
Pengulangan frasa “bahasa pembangkangan”, terhadap permintaan untuk menyalakan lampu menara. Dan lebih ironisnya lagi, alasan dibalik tindakan pembangkangan itu, diduga berasal dari pemahamannya yang picik terhadap protokol penanganan Covid-19 di era new normal.
Penggunakan opini bermotiv character assasination hanya dilakukan para politisi dalam interaksi komunikasi politik, bukan oleh pejabat pemerintahan. Sehingga patut diragukan integritas dan etikanya sebagai pejabat penyelenggara pemerintahan.
Tinggalkan Balasan