ilustrasi (Anwar/RG)
ilustrasi (Anwar/RG)

RadarGorontalo.com – Orang-orang tua dulu, walaupun anaknya berjubel, tapi mereka sebisa mungkin menyempatkan diri mengurus anak-anaknya sampai besar. Nah.. sekarang, ada orang tua yang sudah mendaftarkan anaknya di tempat penitipan, justru saat anaknya belum lahir. Sungguh miris memang. Entah, karena tak mau repot, atau tidak tahu membesarkan anak sendiri. Ini bukan cerita di negeri seberang, tapi benar-benar ada di Gorontalo.

Saat berkunjung di salah satu lembaga pendidikan anak usia dini plus tempat penitipan anak ternama di Gorontalo, pemandangan miris ini jelas terlihat. Dulu, kata beberapa pengasuh, anak yang dititipkan paling muda berumur 1 tahun. Biasanya, pagi hari sekitar pukul 07.30 Wita, anak-anak itu sudah dititipkan orang tuanya. Nanti kemudian diambil kembali pukul 17.00 Wita. Tapi dua tahun terakhir, anak yang dititipkan usianya jauh lebih muda. Ada yang baru berumur 3 bulan hingga baru berumur beberapa minggu saja. Paling parah, saat dibuka penerimaan siswa baru, ada ibu hamil yang antri untuk mendaftarkan anaknya. Karena anaknya belum ada, maka nama yang ditulis di formulir, adalah nama sang ibu.

Memang lembaga pendidikan yang namanya sengaja dirahasiakan ini, adalah salah satu yang unggul di Gorontalo. Namun, sangat miris melihat kondisi itu. Saat ada pasangan yang sudah bertahun-tahun mendambakan anak tapi belum juga dikasih, giliran yang dapat rezeki anak, malah hanya dititip ke orang lain. Dari cerita beberapa pengasuh, ada anak yang dibesarkan mereka, justru memanggil pengasuhnya dengan sebutan ibu atau mama. Wajar, karena anak itu diasuh masih dari belum tahu apa-apa, hingga sudah bisa masuk sekolah dasar.

Saat Radar Gorontalo bertandang ke sekolah tersebut, di pagi hari sering terlihat anak-anak titipan, yang berontak dan tak mau pisah dengan orang tuanya. Wajah anak-anak itu tertunduk, seakan kecewa dengan sikap kedua orang tua yang menganggap mereka layaknya barang titipan. Bahkan, ada yang sering mengamuk, tapi teriakan mereka tak digubris. yang menenangkan anak-anak itu adalah pengasuhnya. Walaupun di dalam mereka diasuh seperti anak sendiri.

Salah seorang guru yang juga pengasuh di tempat itu mengaku tak bisa berbuat banyak. Karena, biasanya saat ditolak para orang tua ngotot untuk dititipkan, tak peduli seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan ada pejabat pemerintah yang ikut melakukan intervensi, agar cucunya bisa dititipkan di tempat itu. Entah apa yang ada di benak orang tua dari si anak. Untuk membantu para pengasuh, biasanya orang tua menyewa pengasuh ekstra untuk ikut membantu.

Bagi Idah Syahidah, anak adalah amanah. Baik tidaknya tumbuh kembang anak, tergantung seberapa besar anak itu mendapatkan kasih sayang dan pengajaran dari kedua orang tuanya. Idah pun lewat berbagai oraganisasi yang dipimpinnya terus mengkampanyekan agar orang tua dalam sehari luangkan waktu untuk memeluk anak. Idah justru miris saat melihat ada orang tua yang memilih mempercayakan anaknya kepada pengasuh, atau lembaga pentipan anak.

Menurut Idah, cara ini akan berdampak baik bagi psikologis anak. Jangan salah, dari hasil penelitian cara ini akan menjadikan anak kita, tak cuma unggul dalam keluarga, tapi juga unggul dalam kehidupan sosial. Memang Idah adalah istri gubernur, dan disibukkan dengan berbagai kegiatan. Tapi untuk urusan anak, Idah tak ingin sepenuhnya menyerahkan ke pengasuh atau pembantu. Sebisa mungkin, Idah memantau dan mengetahui benar pertumbuhan anaknya. Bunda Paud Provinsi Gorontalo itupun, terus mengkampanyekan agar orang tua dalam sehari bisa meluangkan waktu sedikit untuk memeluk anaknya. Serta tidak membentak anak walaupun untuk bertujuan mendidik.

Yang dilakukan Idah berbanding terbalik dengan sejumlah orang tua lainnya yang memilih menitipkan anaknya di tempat penitipan. Idah yang punya agenda sesibuk itu, jauh sebelum jadi first lady Gorontalo, tetap punya waktu untuk menjaga sendiri anaknya. Lucunya, ada ibu yang pekerjaan belum sesibuk itu, memilih menggunakan jasa titipan. Ada yang bilang, agar terlihat sebagai keluarga berada. atau paling parah, menitipkan anak sudah menjadi gaya hidup. (RG-34)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.