
RadarGorontalo.com – Sejak pertengahan Ramadhan, seluruh tempat belanja pakaian, baik yang di Mall, distro hingga toko baju, diserang pengunjung. Tak cuma karena untuk persiapan lebaran, tapi juga gara-gara diskon yang ditawarkan pun gila-gilaan. Perang Diskon dimulai. Tinggal, baju di pasar senggol saja yang tak didiskon, karena memang sebelum beli bisa ditawar duluan.
Kendati demikian, sejumlah kalangan menilai perang diskon tak selalu menguntungkan konsumen, tapi juga bisa menyesatkan. Pemerintah dituntut untuk ikut melakukan pengawasan di lapangan. Kenapa? diskon atau obral besar-besaran, rentan menyesatkan dan menjebak konsumen. Tak sedikit, masyarakat terbuai dengan besarnya diskon yang ditawarkan, padahal harga sudah dinaikkan sebelumnya jauh dari harga pokok, sehingga saat didiskon pengusaha tetap untung, dan pembeli dikelabui. Dan berdasarkan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 18, upaya mengelabui konsumen dapat diganjar dengan hukuman pidana penjara 2 (dua) tahun atau denda Rp. 500 juta.
Dari pantauan Radar Gorotalo, tak cuma Mall, dan toko-toko besar saja yang disesaki pengunjung. Tapi distro-distro seperti ruas jalan kompleks JDS, pun disesaki pengunjung. Lalulintas menjadi macet, karena begitu banyaknya masyarakat yang menyerbut untuk bisa dapat produk pakaian bagus dengan harga miring. Dari sejumlah distro yang dikunjungi awak koran ini, poster diskon harga terpampang mulai dari 20 persen hingga maksimal 75 persen. Setiap toko seolah-olah perang harga untuk menarik minat pembeli yang lewat kawasannya. Kisaran harga pun sangat varatif. Namun tidak ada barang yang nilainya mencapai 1 juta. “Di luar diskon harganya 285 ribuan, khusus pakaian pria. Sedangkan untuk wanita ada yang berkisar 500 ribu. Saya kira di distro lain juga sama, tidak ada yang sampai sejuta harga pakaiannya,” terang Gunawan Mape, pemilik Distro Ungu.
Sejak sebelum siang, hingga tengah malam, mulai dari kompleks Jl. Kalimantan di Distro Kotak, kemudian mengarah ke depan Kantor Pajak di Distro D’Luxxe, memutar ke depan pertigaan LPP-RRI di Distro Manalica dan D’Corner, hingga ke kompleks JDS di Rumah Pernik dan Distro Ungu, terasa sesak antriannya. Baik motor maupun mobil, saling salip berebut tempat parkir. Kemacetan pun semakin bertambah banyak. Sayang, dari semua pemilik distro yang ditemui, tak ada yang mau membocorkan omsetnya jelang akhir Ramadhan. Walaupun rata-rata mengaku, omsetnya bisa berlipat-lipat dibanding hari biasa.
Sementara itu Kepala Dinas Perindagkop Kota Gorontalo, Irwan Hamzah, mengatakan sangat mendukung perang diskon antara pemilik dagangan. Menurutnya, banyaknya pembeli, banyaknya penjual, membuat para pengelola toko meracik siasat untuk berebut simpati pembeli. Itu sebabnya, selain fenomena denyut ekonomi yang meninggi, puasa dan lebaran ini adalah ajang adu strategi. “Itu kenapa petunjuk diskon ditebar di mana-mana. Lonjakan ini sudah terlihat mulai dari 10 hari sebelum lebaran. Lonjakan transaksi pun di atas 100 persen bila dibandingkan hari biasa dan normalnya,” terang Irwan via seluler.
Dia mengatakan, berapapun diskon yang ditawarkan penjual, sudah pasti mereka untung. “Penjual dalam menerapkan diskon tentunya telah memperhitungkan dengan bijaksana,” tambahnya. (rg-63)