Satu persatu sumbu lampu botol dirakit Maryam menjadi lampu botol yang siap di jual. (bink/rg)

RadarGorontalo.com – Malam pasang lampu atau lebih dikenal dengan tradisi Tumbilotohe, adalah momen yang ditunggu-tunggu umat Islam Gorontalo di setiap masuk malam ke 27 di bulan Ramadhan. Kalau bagi masyarakat umum ini adalah momen berwisata, tapi bagi Maryam Mahmud (50), tradisi Tumbilotohe adalah saatnya meraup rupiah. Maryam adalah seorang ibu rumah tangga biasa, yang berhasil menyisihkan pendapatannya hingga berhasil menyekolahkan sang anak hingga luluus perguruan tinggi.

Abink, Radar Gorontalo.

Ditemui disela-sela kesibukannya merangkai lampu botol di lapaknya, Maryam mengaku bisnis tahunan ini, awalnya hanya iseng-iseng saja. Sebagai ibu rumah tangga, Maryam harus pintar-pintar melihat kesempatan. Maklum, pendapatan sang suami yang hanya beprofesi seorang nelayan, belum tentu mencukupi kebutuhan rumah tangga, apalagi dirinya harus menyekolahkan sang anak. Tapi tak disangka, keuntungan dari jualan lampu botol itu cukup menggiurkan. Dari situ, dirinya bisa menyisihkan keuntungan untuk biaya berlebaran plus tabungan sekolah sang anak.

Sejak anak tertuanya Wita Mahmud masih duduk di bangku SMA, Maryam sudah mulai menggeluti bisnis itu. Setiap dua bulan jelang Ramadhan, Maryam mulai sibuk mengunjungi tong sampah guna mencari botol minuman energi bekas. Tak perlu malu, sepanjang yang dilakukannya itu halal. Dibantu sang suami, nantinya, botol-botol itu dikumpulkan dan dicuci bersih. Untuk penutup botol yang sudah dirakit dengan sumbu kompor, dibeli dari pengepul lain karena sulit merakitnya. “Dua bulan saya bisa mengumpulkan 40 karung botol bekas ukuran kecil. Satu bulan 20 karung,” ungkap Maryam.

Lapak lampu botol milik ibu Maryam (bink/rg)

Sepertinya, pengorbanan yang dilakukan sang Ibu ini, adalah dipahami betul oleh anaknya. Kendati masih duduk di bangku SMA, Wita anaknya tak pernah merasa minder. Sepulang sekolah Wita ikut membantu membersihkan botol. Memang tak perlu malu, selama yang dilakukan halal. Bahkan, putri sulungnya itu yang kini sudah bekerja sebagai guru di salah satu sekolah di Kota Gorontalo itu, sering menawarkan lampu botol buatan sang Ibu kepada rekan kerjanya.

Menggeluti bisnis ini, Miryam cukup menyediakan modal Rp 450.000 hingga Rp 500.000. Itu sudah termasuk biaya pembelian penutup botol yang dirakit dengan sumbu, hingga pembuatan lapak dagangan. Ketika memasuki momen pasang lampu di malam ke 27 bulan Ramadhan, hanya cukup tiga hari modal yang ia kucurkan dari kantong sudah terpulang. “Keuntungan saya Rp 3,5 Juta sekali dagang di momen tumbilotohe, Alhamdulillah cukup. Ribuan lampu botol yang saya jual, laku keras” terangnya. Maryam menjelaskan untuk membeli tempat lampu botol sekaligus dengan sumbuhnya, Rp 50.000 sudah dapat 1000 tempat sumbuh dan sumbunya,” timpalnya.

Alhamdulillah, kreatifitas ibu dua anak itu berhasil menyekolahkan Wita anak sulungnya hingga lulus kuliah. Kini, setelah putri sulungya sudah bekerja, Miryam pun fokus membiayai si bungsu Rahmat Yusuf, yang masih duduk di bangku kelas dua SD. “Sebagian akan saya bantu untuk profesi suami, dan lainnya untuk membiayai adik Wati yang masih kelas dua SD,” tukasnya. intinya kata Maryam, sesuatu profesi bila ditekuni dengan benar, maka yakinlah pasti akan berbuah keberhasilan,” ungkap Maryam. (*/rg)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.