Cerita Warga Gorontalo di Demo 4-11 : Ditraktir Orang Tak Dikenal, Sampai Ditolong Kopasus

HARI Gunarso, saat ikut aksi 4 November silam
HARI Gunarso, saat ikut aksi 4 November silam

RadarGorontalo.com – Banyak kisah inspiratif saat aksi demo bela Islam 4 November silam. Cerita unik datang dari relawan asal Gorontalo, yang mengaku bahasa daerah seakan menjadi sandi bagi sesama orang Gorontalo yang ikut dalam aksi tersebut. Berikut cerita Hari Gunarso salah seorang Guru di Kecamatan Duhiadaa, yang terlibat di aksi Bela Islam II, Jumat (4/11).

Sepekan sebelum aksi bela Islam Jilid II, tepatnya pada malam Jumat, setelah taklim mahgrib di Masjid Al Aqsa Kecamatan Duhiadaa, Saya dan teman-teman lagi musyawarah soal Aksi Bela Islam II di Jakarta. Rupanya, taklim yang menceritakan kisah nabi Muhammad SAW, menginspirasinya. “Saya terobsesi dengan kisah Rasulullah SAW, yang jika dirinya dihinakan bahkan dicaci maki, beliau tidak melawan. namun ketika agamanya dihina dan dinistakan, maka Rasulullah bangkit dan mengangkat pedangnya untuk membela agama Allah,” bersama seorang teman, kami bermudzakarah berdua.

Saya pun bertanya ke teman, gimana kalau kita ambil bagian dalam membela agama Allah, kita doa sama Allah agar dipilih untuk berangkat? Temannya pun menjawab, jika Allah berkehendak pasti bisa berangkat ke Jakarta. Singkat cerita, sepertinya doa dua orang ini terkabul.

Besok hari, sebelum sholat Jumat, Saya (hari,red) ditelpon seseorang yang ingin membiayai ke Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, sang dermawan itu menyumbang uang Rp. 4 juta, untuk dibelikan tiket pesawat. Padahal, niat berangkat ikut aksi 4-11, tak diberitahu ke siapapun. si penyumbang itu adalah Uns Mbuinga, salah satu tokoh masyarakat Pohuwato. Alhamdulillah, Selasa (1/11) pagi, kami berdua bertolak ke Jakarta menumpang pesawat.

DITRAKTIR ORANG, SAMPAI DITOLONG KOPASSUS

Keajaiban demi keajaiban bermunculan. Setibanya di Jakarta, begitu akan keluar dari pintu Bandara Soekarno Hatta, tiba-tiba Saya (Hari,red) dan teman di salamin seorang pria, yang tanpa basa-basi langsung mengajak Saya dan teman makan siang di rumah makan Padang, tak jauh dari Bandara. Saat makan, kami bercerita seakan sudah kenal begitu lama.

Selesai Makan, teman saya bertanya, itu bapak siapa?? Saya pun hanya tersenyum dan menjawab, Saya juga tidak kenal. hanya pasti itu adalah bagian dari rencana allah. Setelah itu Saya dan teman, I’tiqaf di Masjid Jami Kebun Jeruk Sampai Hari Rabu(2/11). Hari Kamisnya(3/11) Kami Pindah I’tiqaf di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia. Yang Kebetulan Dekat Dari Masjid Istiqlal dan Monas Sebagai Tempat Berkumpulnya. Sebenarnya Rencana Awal Langsung Mo I’tiqaf di Masjid Istiqlal. Hanya Pada Hari Kamis Pagi, Masjid Istiqlal Sudah Penuh Dengan Ummat Islam Dari Daerah-daerah.

Jumat 4 November, pukul 08.30 wib, kami menuju monas. dan disitu kami bersilaturrahim dengan bapak-bapak Polisi dan bapak TNI. sangat santun dan berakhlak cara mereka menyambut kami dengan ramah. Saat akan menuju Masjid Istiqlal, Saya ditahan security taman monas, dengan alasan kami salah jalan. Ditengah adu argument dengan sang security yang kelihatan begitu marah, datang Anggota Kopassus berbaret merah dan langsung memerintahkan si security untuk membukakan pintu menuju masjid istiqlal (Allah Maha Baik).

SALING KENAL KARENA BAHASA

Di masjid Istiqlal, kami bertemu dengan bapak ketua forum KAHMI Provinsi Gorontalo bapak DR. Rustam Akili, M.H. yang dimana beliau hadir bersama para pengurus KAHMI lainnya. Pukul 10.30 WIB, diumumkan kalau jamaah sudah melebihi kapasitas masjid, yang hanya bisa menampung 800.000 orang saja. Jamaah pun untuk membentuk syaf sholat, dan tidak usah memaksa masuk masjid. Alhasil, parkiran hingga jalan raya pun dipadati orang yang ingin sholat. Usai sholat, Ketua GNPF-MUI Ustadz Bakhtiar Nasir memberikan arahan, bahwa komando berada di Ulama dan Habaib. “Dengarkan saudaraku, aksi bela Islam II hari ini adalah aksi untuk mendesak proses hukum si penista agama. ini bukan aksi anti china, bukan pula aksi anti agama lain. kita harus menjaga nama baik Islam. jangan mudah terpancing emosi dan tersulut amarah. kita perbanyak dzikir dan takbir Allahuakbar-Allahuakbar,” teriak Ustadz Bakhtiar.

Singkat cerita, pada aksi tersebut kami berada pada posisi jarak kurang lebih 20 meter dari blokade pagar kawat duri dan polisi depan istana negara. kami bergantian untuk saling meneriakan takbir dan dzikir. mendekati ashar, kami mendapat info dari orator GNPF-MUI bahwa Bapak Presiden tidak berada di tempat. dan yang akan menerima Bapak Wakil Presiden RI Yusuf Kalla dan di dampingi bapak Mengkopolhukam Wiranto, Bapak Kapolri dan Panglima TNI.

ba’da mahgrib kami lagi istrahat di masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia. namun setelah sholat isya, kami mendapat informasi katanya teman2 peserta aksi bentrok dengan pihak kepolisian. kamipun langsung bergegas menuju lokasi. dan ternyata di situ kami melihat bahwa sudah terjadi saling lempar. polisi menembakan gas air mata ke arah kerumunan massa. yang setelah di kroscek ternyata mereka bukan peserta aksi bela islam yang legal. Alhamdulillah, tak ada warga Gorontalo yang luka-luka. Kami saling kenal, karena rata-rata menggunakan bahasa daerah. Hari Gunarso, pun mengaku masih akan ikut di aksi bela Islam jilid III, 25 November mendatang. Pengalaman Kami, Alhamdulillah Kami Sadar Bahwa Arti Pentingnya Mengeratkan Tali Ukhuwah Islamiah, Pentingnya Menghargai Perbedaan Firqoh/Madzhab. Dan Niat Lillahi Ta’ala.

Pada Aksi Tersebut Sudah Tidak Ada Lagi Perbedaan Mana NU, Mana Muhammadiah, Mana Wahdah, Mana HMI, Mana FPI dan Mana Ummat Islam yang Tidak Bermadzhab. Islam Adalah Satu “Islam Rahmatan Lil Aalamiin. (**/RG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.