
RadarGorontalo.com – Tak selamanya lembaga pemasyarakatan (Lapas) memiliki citra buruk. Lihat saja, lewat program pembinaan, para narapidana yang bermukim di Lapas Kelas III Pohuwato, mampu menyulap sabut kelapa menjadi aneka kerajinan bernilai ekonomi. Prestasi itupun menghantarkan, Lapas Pohuwato dinobatkan sebagai industri coco fiber oleh Kemenkumham, dan jadi lapas percontohan tingkat Nasional.
Prestasi ini begitu membanggakan, mengingat Lapas Kelas III Pohuwato baru berdiri tiga tahun yang lalu tidak terlepas dari tangan dingin dan ide brilian diciptakan Kalapas Pohuwato, Rusdedy dalam menggagas pengolahan sabut kelapa menjadi coco fiber yang memiliki nilai jual tinggi. Dari berbagai program Lapas Pohuwato sampai dengan saat ini terus berlanjut dengan hasil ciptakan menghasilkan Industri Bernilai Tinggi. Seperti terlihat dari berbagai apresiasi atas pencapaian Lapas Pohuwato sebagai Lapas yang satu-satunya menjadi percontohan yang bukan saja diwilayah Provinsi Gorontalo, akan tetapi secara skala tingkat Nasional. Dari pengembangan produk coco fiber, Lapas Pohuwato menjadikan pembinaan sebagai sumber penghasilan dengan mengolah hasil limbah sabut kelapa berbahan baku coco fiber menjadi produk industri bernilai tinggi. Selain kursi sofa, produk lainnya yang dihasilkan adalah Tas, sendal, Springbad dan tali tambang, yang kesemuanya bernilai tinggi dan berkualitas.
Ditempat terpisah Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Pohuwato Rusdedy kepada Wartawan RADAR kemarin menjelaskan bahwa untuk pengolahan limbah sabut kelapa ini bisa menghasilkan produk turunan yang kesemuanya memiliki nilai dan harga yang berkualitas. “Dengan bahan baku coco fiber, tentu akan banyak produk- produk berkualitas dihasilkan. Seperti halnya kursi sofa, yang tadinya menggunakan busa, kami menggunakan sabut kelapa sebagai bahan dasarnya dan hasilnya pun sangat memuaskan,” tegas Bapak dua anak ini.
Seperti diketahui, bukan hanya Industri coco fiber dan coco fit saja yang dihasilkan, akan tetapi berbagai produk lain yang dihasilkan oleh Warga Binaan Lapas Pohuwato ini adalah Industri Makanan Olahan Pisang, Industri Makanan Olahan Bandeng, Peternakan Ayam dan Itik serta Perkebunan. “Dari hasil industri di Lapas Pohuwato adalah wajib sifatnya. Sehingga hasil produksi warga binaan lapas Pohuwato ini tetap harus didukung karena salah satu tujuan Lapas Pohuwato adalah membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya.
Dapat menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, tidak mengulangi tindak pidana dan dapat berperan dalam pembangunan, serta hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,” ucapanya.
Selain itu Pembinaan Kemandirian berbasis Industri dilaksanakan ini, bertujuan agar narapidana memiliki bekal keterampilan yang cukup, sehingga setelah bebas diharapkan mampu bersaing dalam bursa tenaga kerja dan dapat hidup mandiri sehingga dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya. Disamping itu Pria yang pernah menjadi Kalapas termuda se Indonesia ini tetap terus melakukan berbagai inovasi dari hasil pengembangan dari pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Pohuwato ini. Sehingga ini patut mendapat apresiasi. Dimana segala bentuk dukungan baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato, masyarakat dan para pengusaha selama ini adalah sesuatu yang luar biasa. “Jadi tidak ada alasan untuk kami berhenti dalam berkarya, kekompakan dukungan Pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat Pohuwato lah yang membuat kami akan terus berinovasi dan memberikan terbaik bagi daerah,” pungkasnya. (RG-54)