Jadi Wisata Religi Nasional, Tumbilotohe Tetap Pertahankan Tradisi


Pemasangan lampu tumbilotohe perdana ole Dirjen Bimas Islam di Rudis Bupati Gorontalo, semalam. (Foto : Fian/RG)

LAPORAN : Alfiyanto Hamid – Sabrin Maku

RadarGorontalo.com – Sudah menjadi tradisi masyarakat Gorontalo, tiga hari menjelang lebaran Idhul Fitri pastiakan dilaksanakan satu tradisi yang cukup fenomenal yakni Tumbilotohe atau malam pasang lampu. Tradisi ini pun merupakan satu-satunya di Indonesia. Dimalam ke 27 Ramadhan, masyarakat mulai berbondong-bondong untuk berkeliling semua wilayah di Gorontalo guna melihat indahnya momen tumbilotohe. Tradisi ini pun beragam, ada yang masih menggunakan lampu botol dan ada pula yang sudah beralih ke lampu listrik. Namun lagi-lagi, perpaduan dua zaman ini tentunya sangat menarik untuk disaksikan. Hal ini seperti yang nampak di Rumah dinas Bupati Kabupaten Gorontalo. Dimana, pemasangan awal tumbilotohe ini, menghadirkan langsung Dirjen Bimbingan masyarakat Islam, Prof Dr. Muhamadiyah Amin, M.Ag.

Dirjen bersama Bupati Gorontalo bersama-sama menyalakan lampu tradisional yang masih menggunakan minyak tanah. Tentunya ini merupakan bentuk komitmen dari Pemerintah Daerah dalam menjaga kelestarian adat budaya Gorontalo. Hal ini pun menuai apresiasi dari Dirjen Bimas. Prof.Muhamadiyah mengatakan bahwa tradisi tumbilotohe ini cukup unik dan hanya ada di Gorontalo. Sehingga pantas jika tradisi ini masuk dalam daftar wisata religi. Olehnya, Pemkab Gorontalo dalam hal ini, Bupati Prof Nelson Pomalingo harus bisa menindaklanjuti apa yang saya sampaikan ini. Ajukan ke Kementerian Pariwisata dan kami akan lakukan pengawalan. Disamping itu, Prof Muhamadiyah Amin juga mengakui tradisi malam tumbilotohe menjelang lebaran ini sudah menjadi perbincangan ditingkat Nasional karena kami melihatnya di media sosial. Betapa gagahnya jika tradisi ini dijaga dengan baik karena ini masuk dalam konservasi budaya. Belum lagi, dari perbincangan saya dengan pak Bupati tadi bahwa ternyata di Daerah ini dilakukan perpaduan antara zaman moder dan zaman dulu. Dimana, lampu listrik tetap digunakan, sembari tetap menjaga kelestarian tradisi zaman dulu yang katanya dipusatkan di desa Talumelito. Intinya, saya memberikan apresiasi penuh terhadap pelaksnaaan tradisi malam tumbilotohe ini. Dan perlu saya sampaikan bahwa saya sangat rindu dengan suasana seperti ini sebab waktu saya menjabat sebagai Rektor IAIN Gorontalo, saya pun ikut nimbrung dalam tradisi ini”, pungkas Prof Muhamadiyah. Untuk Kabupaten Gorontalo sendiri, ada beberapa titik yang menjadi pusat pelaksanaan Tumbilotohe ini yakni desa Talumelito sebagai desa konservasi budaya, pentadio resort, dan taman menara keagungan Limboto.

Kawasan Tumbilotohe Dengan Nuansa Pelangi Menggunakan Lampu Tumblr di Ipilo Kota Gorontalo.

Sementara itu, di Kota Gorontalo juga tidak kalah meriahnya dengan Kabupaten Gorontalo. Dimana, ada 9 titik yang menjadi lokasi pelaksanaan tumbilotohe ini. Desainnya pun lebih di dominasi oleh lampu hias meskipun dibeberapa titik, seperti di Kelurahan Ipilo masih mempertahankan tradisi lampu botol yang dipampang dengan bagus sehingga menarik perhatian para pengunjung. Belum lagi, di jalan Kalimantan, dipampang lampu hias yang berbentuk Love. Ini juga menjadi salah satu spot bagus bagi para pengunjung yang ingin mengabadikan dirinya di malam tumbilotohe ini.
Tidak menutup kemungkinan pun, kegiatan lain ikut meramaikan malam tumbilotohe itu yakni Bunggo. Ini juga merupakan jenis permainan yang masuk dalam budaya Gorontalo. Bunggo merupakan permainan anak-anak dan dewasa ketika memasuki malam ke 27 di Bulan Ramadhan. (*/RG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.