Ilustrasi : Anwar/RG
Ilustrasi : Anwar/RG

Berdiri di Atas Tanah Labil

GORONTALO (RadarGorontalo.com) – Terjadinya tanah longsor atau tanah bergerak, salah satunya disebabkan oleh faktor alamiah. Dan kawasan perkantoran Gubernur Provinsi Gorontalo, berdiri di atas perbukitan Botu, termasuk kawasan yang rawan longsor. Asumsi ini setidaknya telah diperkuat dengan sebuah hasil penelitian yang dilakukan Andri Saputra Jusuf, mahasiswa semester akhir Prodi Teknik Geologi Universitas Negeri Gorontalo (UNG).  Hasil riset yang dilakukan Andri ini, sempat dipresentasikan pada forum ilmiah yang digelar belum lama ini pada moment peringatan Hari Bumi.

“Menurut Prof. J.A Katili, Gorontalo berada di Jalur Sesar Regional (Dekstral). Dan kita melakukan pengecekan di lapangan apakah benar Jalur Sesar itu ada. Dan ternyata, kita menemukan adanya Sesar Naik yang melintasi tepat di kawasan perkantoran Botu,” ungkap Andri.

Andri pun menerangkan apa yang dimaksud dengan Jalur Sesar ini. Jalur Sesar merupakan jalur kontak antara batuan gamping dan batuan vulkanik yang berfragmen. “Kita menjumpai Sesar Naik ini dibeberapa titik, termasuk di bawah jembatan jalan menuju kantor Gubernur, kita juga menemukan kontak batuan jenis gamping dan vulkanik di eks kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo serta satu titik lagi di belakang kantor Gubernur. Dan dari studi ini, kita juga menemukan longsor rayapan di kantor BKD. Disekitar kantor BKD, sempat mengalami beberapa kali longsor. Dan untuk titik-titik yang merupakan Jalur Sesar, sudah kita buatkan peta geologinya,” ungkap Andri.

Selain menganalisa kondisi-kondisi geologi, Andri juga melakukan pengamatan dan menganalisis data curah hujan dari tahun 2003 sampai 2011 daerah kota Gorontalo. “Dan Kota Gorontalo termasuk dalam iklim agak basah, tingkat curah hujan, agak lumayan banyak. Faktor lain yang menyebabkan gerakan tanah, selain sesar, juga adalah curah hujan,” kata Andri.

Menurutnya, Jalur Sesar masuk dalam zona lemah. Sehingga air akan berinfiltrasi dalam permukaan tanah, yang menyebabkan batuan yang tadinya keras, mengalami pelapukan. “Ciri fisik yang kami jumpai di lapangan, adalah berupa granit yang berangsur-angsur berubah menjadi pasir. Granit pada dasarnya keras. Tapi yang kita jumpai sudah berubah menjadi pasiran,” katanya lagi.

BACA JUGA : Danny Pomanto : Butuh Ilmu Memadai Rancang Kawasan

Dan untuk lebih memperkuat penelitian yang dilakukannya, Andri juga melakukan studi geofisika. “Kita melihat sifat fisik dari dua jenis batuan tadi dengan menggunakan salah satu metode dalam geofisika, yaitu geolistrik. Instrument ini sudah ada di laboratorium geologi kami. Hanya dengan menembakkan atau mengaliri arus listrik dengan tegangan tertentu, akan menghasilkan hambatan. Setiap material ada hambatan. Ada 4 titik yang dijadikan satu profil, ternyata menghasilkan hambatan yang cukup besar. Semakin besar nilai hambatan atau resisten, semakin keras bebatuan. Dengan metode ini, kita menjumpai adanya perbedaan yang kontras antara nilai resisten pada dua jenis. Dan ini berarti, bahwa kawasan perkantoran Gubernur tepat berada di perbedaan nilai tahanan jenis atau resistensi,” jelas Andri.

Kesimpulan dari riset yang dilakukannya ini, bahwa selain faktor geologi yang menyebab terjadinya longsor, tingkat curah hujan yang agak tinggi, juga menjadi faktor penyebab lainnya. “Dari penelitian ini, ada rekomendasi yang ingin kita sampaikan kepada pemerintah provinsi Gorontalo. Kawasan tersebut sepertinya kurang layak dikembangkan sebagai kawasan perkantoran,” tandas Andri.

Terkait dengan penelitian yang dilakukan Andri Saputra Jusuf ini, mendapat penjelasan dari Ketua Prodi Teknik Geologi, Dr. Sunarty Eraku, S.Pd, M.Pd. Menurutnya, penelitian yang dilakukan Andri, mendapat pembimbingan langsung dari dosen ITB. “Penelitian yang dilakukan Andri ini, termasuk salah satu penelitian yang lolos di program Hibah Dikti,” kata Dr. Sunarty. (rg-40)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.