Aktifitas pengrajin kasur kapok di Kelurahan Donggala Kota Gorontalo. (foto : Abink/RG)
Aktifitas pengrajin kasur kapok di Kelurahan Donggala Kota Gorontalo. (foto : Abink/RG)

RadarGorontalo.com – Matahari siang tidak menjadi soal bagi Karno Harun bersama saudara perempuanya untuk terus beraktivitas, mengeringkan gundukan kapok yang ada di gubuk reot, menjadi tempat pengeringan kapok. Meski dalam kondisi menjalani kewajibannya sebagai umat muslim, yakni berpuasa.

Karno dengan berpakaian seperti ninja dan bersarung tangan tebal, tetap memasuki gubuk reot itu. Setiap kepalan kapok di tangannya, mulai ia bersihkan satu persatu dari rumput, sampai kapok yang akan dibuat sebagai kasur dan bantal bersih.

aaa
pengrajin kasur kapok saat membersihkan kapok yang akan dijadikan kasur (foto : Abink/RG)

“Inilah mata pencaharian kita, meski sudah sedikit masyarakat berminat untuk membelinya,”tutur Karno dengan nada lembut. Karno menceritakan, kehidupan sehari-hari rumah tangga dan keluarganya hanya bergantung dikerajinan lokal tersebut. Meski ia akui, saat ini mulai sulit mendapatkan kapok di wilayah Kota Gorontalo, karena sudah habis ditebang. Parahnya lagi, yang menggeluti kerjainan lokal ini hanya ia bersama sanak keluarganya, bahkan ia mengatakan bahwa jika tidak diperhatikan produksi lokal ini terancam punah.

Padahal pada beberapa tahun lalu, penghaisalnya dalam pembuatan kasur kapok itu, sangat besar, bahkan hasil produksinya sempat terjual ke lura daerah. “Saat ini kami sulit mencari kapok, kalau tidak pergi ke Kabupaten Bone Bolango atau luar daerah seperti Desa Mamalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), kami tidak akan mendapatkan kapok.

Apalagi kalau tidak diperhatikan Pemerintah, bisa jadi kerajinan lokal yang berpotensi mampu meningkatkan perekonomian ini, akan punah ditelan zaman,”terang Karno. Dalam perbincangan dengan wartawan Radar Gorontalo, Karno mengakui dalam sehari ia bersama sanak saudaranya mampu membut lima hingga tujuh kasur serta bantalnya.

Semua tergantung pemesan, kalau lagi banyak, maka ia pun akan memproduksi kasur kapok ini banyak. Tapi kata Karno, sekarang masyarakat kurang meminti kasur kapok tersebut, dan lebih memilih produksi import seperti dan lain-lain. “Kalau kami pengrajin diberikan penguatan dana dan bahan oleh Pemerintah, saya yakin produksi lokal ini akan bertahan lama,”tukas Karno. (rg-62)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.