ilus (Anwar/RG)
ilus (Anwar/RG)

 

RadarGorontalo.com – Seharusnya Uprating trafo di gardu induk, sudah dilakukan sebelum PLTG Paguat diresmikan presiden. Sehingga tak perlu lagi ada pemadaman. Padahal, didepan Presiden Joko Widodo pihak PLN mengaku listrik surplus, dan tak ada lagi defisit serta pemadaman selain yang diakibatkan faktor alam. Lagi-lagi janji itu dilanggar.. Tak cuma dilakukan pemadaman, tapi PLN juga mengaku defisit daya 14 mega watt.

Ironisnya, PLN minta tiga titik lampu penerangan jalan di Kota Gorontalo dipadamkan dengan alasan, mengurangi beban. Padahal, biaya penerangan jalan masuk dalam tagihan yang dibayar masyarakat. Parahnya tiga titik yang dimaksud itu, justru berada di titik rawan kecelakaan, hingga tindak kejahatan lainnya. Seperti, sepenjalang Jalan Nani Wartabone, HB Djasin (eks Agus Salim) dan Jalan Dua Susun (JDS).

Saat dikonfirmasi Kadis Tata Kota dan Pertamanan Kota Gorontalo Novie Silangen, membenarkan adanya permintaan PLN itu, dengan alasan defisit daya listrik. “masyarakat diminta berhati-hati saat berkendara. karena lampu jalan di tiga titik akan dipadamkan selama beberapa hari sesuai permintaan PLN,” ungkapnya. Tak cuma itu, soal lampu jalan yang menyala di siang hari, Novie menuturkan, sebenarnya disitu ada timer yang mengatur nyala dan matinya lampu jalan. Tapi karena seringnya pemadaman mendadak, alhasil timer di panel lampu jalan rusak.

Kepala Cabang PLN Gorontalo Putu Eka Astawa mengaku, permintaan pemadaman lampu jalan karena defisit daya listrik, sehingga PLN meminta partisipasi pemerintah kota untuk tidak menyalakan lampu jalan saat beban puncak. Nanti, setelah pukul 22.00 Wita, baru dipersilahkan dinyalakan kembali.

Putu juga membenarkan adanya defisit 14 mega watt dan yang dikoreksi 12 mega watt. Dan itu hanya berlaku untuk wilayah Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Uprating trafo di gardu induk Botu Pingge, sudah 5 hari dikerjakan dari target 10 hari.  Pekerjaan ini tidak lain untuk menambah kapasitas Trafo yang tadinya 30 MVA, menjadi 60 MVA.

Penambahan kapasitas trafo disebabkan beban trafo yang terpasang saat ini yakni 30 MVA, dan sudah mendekati ke nilai 90 persen, dan sejatinya trafo itu hanya bisa dibebani 80 persen dari kapasitasnya. “Oleh karena GI Botupingge untuk sementara lepas dari sistem, maka suplai ke distribusi Gorontalo dipasok dari GI Isimu yang juga sudah interkoneksi dengan Sistem Minahasa – Gorontalo. Karena kapasitas trafo di GI Isimu tidak mampu melayani total beban di Gorontalo, maka pemadaman bergilir menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari,” ungkapnya.

Hal yang bisa kita lakukan adalah bersabar dan mari memberikan dukungan pada saudara-saudara kita di PLN. Semoga mereka dapat bekerja dengan tetap memperhatikan Standar K3, yang berlaku dibawah tekanan psikologis dari pelanggan listrik,”tutup Putu EKa Astawa. Sayang, saat ditanya apakah ada jaminan, pemadaman bergilir tak dilakukan setelah 10 hari,? Putu enggan berkomentar. (rg-62)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.