Tumbilotohe
Tumbilotohe

RadarGorontalo.com – Tak hanya menjadi tradisi, Tumbilotohe juga menjadi bagian penting dari syiar Islam yang dilakukan masyarakat Gorontalo tempo dulu. Tradisi yang terus mengakar dan masih tetap lestari ini, kini telah dikenal oleh masyarakat luas. Dengan sedikit kreasi, padamala yang tertata apik dalam berbagai model ini, mampu menarik perhatian masyarakat luar Gorontalo.

Lepas dari tradisi Tumbilotohe yang fenomenal, ada makna penting yang tersirat pada tradisi ini. Dan itu kental dengan semangat Islami masyarakat Gorontalo. “Dari keterangan para tetua adat Gorontalo, Tumbilotohe menjadi pertanda dimulainya pengumpulan zakat fitrah. Dan jumlah lampu padamala yang lazim ditempatkan di depan rumah, menjadi penanda jumlah wajib zakat yang ada di dalam rumah. Jadi, lampu yang dipasang tersebut, mempermudah panitia zakat saat mengumpulkan zakat pada malam hari,” ungkap ustadz Dr. Munkizul Umam Kau, S. Fil.I, M.Phil.

Ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa, Tumbilotohe yang dilaksanakan di hari-hari terakhir Ramadhan, adalah untuk menyambut malam Lailatul Qadar. “versi lainnya, lampu-lampu padamala dan obor yang dipasang, akan menerangi jalan menuju masjid. Sehingga masyarakat pada saat itu bisa beramai-ramai ke masjid di malam-malam terakhir Ramadhan yang dipercaya akan datang Lailatul Qadar,” kata Dr. Munkizul.

Tumbilotohe
Tumbilotohe

Akademisi Universitas Negeri Gorontalo ini juga menjelaskan seputar bagaimana memaknai dan menginterpretasikan Tumbilotohe itu melalui tiga cara. “Pertama, interpretasi gramatika, dimana Tumbilotohe dapat dimaknai sebagai sesuatu yang terang, memberi manfaat dan menyalakan semangat keislaman masyarakat Gorontalo. Kedua, interpretasi historika, dengan inteprestasi historika ini, dingatkan tentang keharusan atau kewajiban mengeluarkan zakat,” katanya. Dan yang ketiga, adalah interprestasi filosofi. “Melalui interprestasi filosofi, masyarakat diingatkan soal Ramadhan yang akan berakhir.

Dan pada saat itu, kita seharusnya bersedih, karena Ramadhan akan meninggalkan kita. Dan Tumbilotohe, seperti menjadi sarana yang menghibur, menghibur disaat-saat masyarakat muslim akan menyelesaikan sebuah ibadah yang wajib dilakukan,” kata Dr. Munkizul.

Tapi menurut Dr. Munkizul, ada yang sedikit tentang pemaknaan tumbilotohe. Menurutnya, pemaknaan tumbilotohe saat ini telah bergeser. “Tumbilotohe hanya menjadi ritual formal saja. Saat ini, pada waktu-waktu akan berakhirnya Ramadhan, orang-orang tidak lagi memilih masjid sebagai tempat yang harus dikunjungi. Diakhir Ramadhan, masyarakat justru lebih memaknai lebaran. Dan menurut saya, perlu ada upaya untuk mengembalikan makna tumbilotohe pada pemaknaan yang sebenarnya. Dan ini menjadi tanggung jawab kita semua. Masyarakat sepertinya perlu diberi pemahaman yang lebih mendalam tentang tumbilotohe,” kata Dr. Munkizul. (rg-40)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.