NELSON dapa, dia memilih tempat terbuka untuk pelaksanaan Silatnas, asri udaranya, bersih dan dengan suasana pedesaan. “tampil beda, biasannya di hotel-hotel, tapi Silatnas ini di gelar di pedesaan,” kata Tomas (Tokoh Masyarakat).
“MUDAH-MUDAHAN INI JADI CONTOH PEMERINTAH AGAR TIDAK LAGI MEMBUAT KEGIATAN DI LUAR DAERAH,” KATA TOPO (TOKOH POLITIK) KETUS.
Mendengar itu, Tomas tersenyum. “kan ngoni olo yang selalu beking kegiatan di luar daerah,” kata Tomas.
MENDAPAT SERANGAN BALIK SEPERTI ITU, TOPO BERKELIT. “BEDA BOS, KALAU TORANG KAN CUMA KONSULTASI ATAU BELAJAR DI DAERAH LAIN,” JAWAB TOPO.
“beda-beda tipis jo, coba ngoni kreatif sadiki, jangan cuma jago cari judul, tapi hebat juga mensiasati kegiatan, misalnya membuat kegiatan di daerah, artinya ada juga dia pe uang jalan, dan tidak menyalahi aturan,” kata Tomas.
“WEY… SAMUA SO ADA ATURANNYA, DAN ITU TAK BISA DILANGGAR,” TANDASNYA.
“samua tinggal cara, bo ngoni ini memang suka merdeka dari maitua, kalau di luar daerah kan bebas lepas, he he he,” katanya.
TOPO TAK BERKOMENTAR, DIA DIAM.
Melihat lawan bicaranya tak berkutik, giliran Tomas mengingatkan TOPO soal kegiatan kesenian. “ente si dengar harapan anak-anak milenial yang mereka sampaikan di Silatnas,” tanya Tomas.
“APA ITU,” TANYA TOPO ACUH TAK ACUH.
“dengar bae-bae, dorang minta agar pemerintah memperhatikan pembinaan kesenian di kalangan orang-orang muda, mestinya ngoni tidak perlu datangkan artis-artis dari ibu kota untuk mengisi kegiatan, libatkan saja artis-artis lokal,” katanya.
“TAPI TORANG KAN TAK PUNYA ARTIS HEBAT,” JAWAB TOPO.
“bagaimana mo ada kalau torang tidak melakukan pembinaan, padahal Gorontalo punya banyak musisi dan penyanyi yang hebat,” katanya. (***)