
RadarGorontalo.com – Sedikitnya terdapat tujuh alat, yang tersebar di laut Gorontalo, untuk mendeteksi dini bencana. Diantaranya, satu tide gouge pemantau kenaikan air laut, masih dalam kondisi baik dan beroperasi di Pelabuhan Anggrek. Kemudian empat alat sensor seismik di laut Gorontalo, terletak di Pontolo, Marisa dan Sumalata. Terakhir, dua sirene Tsunami yang berada di Kwandang depan Universitas Ichsan, dan Gedung Wanita, yang semunya dalam kondisi baik. Demikian kata Bahtiar S.Si. MT, Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Gorontalo, saat dihubungi Radar Gorontalo melalui selular Selasa (02/10).
Kondisi baik beroperasinya sejumlah infrastruktur penunjang ini, berkat pemelihraan yang dilakukan secara berkala oleh masing-masing instansi terkait. Seperti tide gouge ditangani oleh Badan Informasi Geografis, kemudian Sensor Seismik dibawah tanggungjawab BMKG
3. “Terakhir, Sirene Tsunami ditangani langsung oleh, BPBD provinsi Gorontalo,” ujar Bahtiar.
Pada tahun 1980-an, dari data dihimpun Radar Gorontalo, pernah terjadi bencana gempa berkekuatan 8 skala richter (SR) di Gorontalo. Apakah tragedi di era 1980-an itu, bisa terjadi sekarang ini atau tidak, belum ada yang bisa memprediksi.
Nah, menurut Bahtiar, kejadian di beberapa tahun silam pada 1980-an, kemungkinan bisa saja terjadi. Namun pihaknya sendiri belum bisa memprediksi, kapan akan terjadi bencana itu. “Kapan dan dimana serta sebarapa besar kekuatan gempa bumi itu akan terjadi, kami belum bisa pastikan,” tutup Bahtiar.(rg-62).