Rokok 50 Ribu, Hau Lalahe Jadi Pelarian

ilus (Anwar/RG)
ilus (Anwar/RG)

RadarGorontalo.com – Menarik memang soal wacana kenaikan harga rokok jadi Rp. 50 ribu per bungkusnya. Kata Boha salah seorang pemuda, kalau rokok naik sampai 50 ribu/bungkus, akan banyak perampok rokok di rumbong dan toko.  Lain lagi dengan Ifan rekannya, yang mengaku kalau seperti itu, tak ada lagi rokok ditaruh bebas di atas meja. Tak apa, dicap kikir. Pernyataan kedua pemuda itu ada benarnya, karena Gorontalo sendiri punya jumlah perokok terbilang besar. Bahkan, saking besarnya, rokok dituding jadi penyumbang kemiskinan.

Memang masih dalam pembahasan pemerintah pusat, tapi soal kenaikan harga rokok rupanya tak membuat para perokok jera. Mereka tak habis akal. Ada yang bilang, kalau rokok pabrikan mahal, maka beralihlah ke Hau Lalahe (rokok lalahe) , rokok tempoe doloe yang biasanya dikonsumsi para petani. Bahannya murah, cuma dari pucuk daun aren yang dikeringkan, dan isinya adalah tembakau dari kebun sendiri. Atau nomor dua, rokok klebet. rokok dari daun jagung yang isinya tembakau, yang ditanam, dikeringkan, dihaluskan sendiri.  itu dari para perokok.

Bagi bukan perokok khususnya para istri, ini justru kabar gembira. Suaminya bisa berhenti merokok, dan jauh lebih sehat. Disisi lain, generasi pelajar tak akan ikut-ikutan merokok. Karena, yang sudah bekerja saja harus pikir dua kali beli rokok, apalagi pelajar yang uang jajannya masih masih minta ke orang tua.

Baca Juga : Berenti Jo Ba’ Roko

Soal naiknya harga rokok memang belum tentu membuat perokok jera. Itu bisa dilihat dari rilis angka kemiskinan Gorontalo dari Badan Pusat Statistik. Memang, 2016 angka kemiskinan turun jadi 17,72 persen . Tapi dari kajian BPS terungkap, ada dua hal yang menjadi penyumbang angka kemiskinan. Pertama Rokok dan kedua beras.

Menurut Kepala BPS Provinsi Gorontalo Eko Marsoro beberapa waktu lalu, khusus rokok sendiri, konsumen terbesar ada di wilayah pedesaan, yang notabene tingkat ekonomi warganya menengah ke bawah. Aneh memang.. jadi biar miskin kalau tak bisa merokok sehari, bikin kepala pusing. Bahkan menurut Eko, kebijakan pemerintah yang mewajibkan bungkus rokok memuat gambar tengkorak, hingga penyakit yang disebabkan rokok, tak berdampak sama sekali. Menurut Eko, ini butuh perhatian. (rg-34)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

1 comment