Siapa Wabup Pendamping Thariq?

GORONTALO (RGOL.ID) – Penentuan siapa yang akan jadi Wakil Bupati menggantikan Thariq Modanggu diprediksi akan sangat alot.

Seperti diketahui, sepeninggal almarhum Indra Yasin maka otomatis Thariq Modanggu naik jadi Bupati, sementara kursi Wakil Bupati yang ditinggalkannya masih harus dibicarakan dengan 5 partai yang mendukung pasangan Indra Yasin – Thariq Modanggu.

Nah, kalau dilihat dari jumlah kursi, diantara 5 partai itu maka PDIP yang paling banyak, menyusul PAN, Gerindra, PKS dan PPP.

Tetapi jumlah kursi ini nampaknya bukan penentu siapa yang paling berhak atas kursi Wakil Bupati, karena ketika maju di Pilkada, Indra Yasin bukan kader dari partai manapun, memangĀ  sekarang Indra adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan, tetapi ketika dalam pencalonan lalu, dia adalah orang bebas alias tak mau berpartai.

Selain alot di tingkat partai, juga akan alot di tingkat Bupati, karena pasti Thariq akan mencari Wabup yang cocok dengan pilihannya. Dari 5 partai itu semuanya punya tokoh yang memenuhi syarat jadi Wabup, di PDIP punya beberapa nama, salah satunya Ketua DPC

yang juga Ketua Dekab Gorut, Deisy Datau, PAN ada Alhamid Otoluwa, ada Lukman Botutihe, kemudian Gerindra ada Fitri Botutihe, ada Nasir Madjid, kemudian PKS punya Gustam Ismail, dan PPP ada Alfian Pomalingo.

Banyak kalangan di Gorut punya pendapat soal siapa yang paling pas menjadi Wakil Bupati, yang menurut mereka, karena tak ada partai yang paling berhak atas kursi Wakil Bupati itu, maka bisa digunakan faktor keluarga.

Misalnya figur-figur yang punya ikatan darah dengan almarhum, antara lain Serlin Yasin, putri sulungnya atau Muhammad Natsir Madjid, menantunya yang kini Aleg Deprov dari Gerindra.

Kalangan birokrat memberikan dukungan soal itu. Menurut mereka, jika Thariq memilih wakilnya dari dua nama itu, maka itu adalah pilihan paling tepat dan ini punya nilai plus.

Sejumlah Ketua Partai yang dihubungi kemarin, mengatakan soal siapa yang akan jadi Wabup akan dibicarakan di tingkat koalisi.

Namun kata mereka, kalau sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan soal itu. “sekarang ini masih dalam suasana berkabung, dan kami belum berpikir soal itu, rasanya tidak etis,” kata Ketua DPC PDIP Gorut, Deisy Datau.

Belajar dari apa yang pernah terjadi di Bonebol dan Kabgor, ternyata proses pemilihan Wabup ini tidak mudah dan memakan waktu yang lama.

Dulu ketika Hamim jadi Bupati, memerlukan waktu 3 tahun lebih baru dilantik, sehingga Wakil Bupatinya hanya menjabat 1 tahun lebih, itupun prosesnya sangat alot, padahal pasangan H2O

maju dari jalur independen. Sama halnya dengan Nelson Pomalingo, karena terjadi tarik menarik antara PPP dengan Nasdem, maka pelantikan Wabup terkatung-katung sangat lama. (rg-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.