TABAYYUN

Oleh : Fory Armin Naway

Guru Besar  FIP Universitas Negeri Gorontalo dan Ketua PGRI Kab. Gorontalo

DI ERA perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini, di satu sisi memberikan dampak positif bagi kehidupan ummat manusia. Namun di sisi yang lain, tak bisa dipungkiri, terdapat beberapa dampak negatif yang menjadi  resistensi kehidupan ummat manusia yang ditimbulkannya.

Oleh karena itu, perkembangan teknologi informasi sebenarnya patut pula  diikuti oleh pengembangan karakter, kepribadian bahkan sangat penting menjadikan norma agama, adat-istiadat dan nilai-nilai kearifan lokal serta norma  kebangsaan tetap menjadi landasan dan pijakan yang kokoh. Hal itu penting agar perkembangan teknologi informasi khususnya medsos justru mampu mendatangkan maslahat bahkan dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Salah satu instrumen penting yang menjadi pijakan kokoh dalam membentengi masyarakat di era medsos saat ini, adalah ajaran atau nilai yang diajarkan agama (Islam) yang dikenal dengan istilah “Tabayyun”.  Istilah ini masih sangat relevan untuk dimaknai sebagai benteng agar masyarakat tidak terjebak pada informasi yang tidak jelas juntrungannya, berita “hoaks” dan sebagainya.

Tabayyun menurut ‘Aidh al-Qarni adalah teliti dalam menerima informasi, jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau menuduh orang lain yang tidak bersalah.  Dalam bahasa Arab, Tabayyun artinya mencari kejelasan hingga terang dan benar.

Dari pengertian tersebut di atas dapat dimaknai bahwa, Tabayyun merupakan upaya untuk melakukan seleksi, menyaring atau memfilter berbagai  informasi atau berita dengan melakukan “check” dan “recheck” memverifikasi, dan mencari kebenaran dari setiap informasi atau berita yang diterima.

Perintah Tabayun ini dituangkan  dalam Alquran surah Al-Hujurat ayat 6 yang artinya ” “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang yang menyesal,” (QS. Al-Hujurat[49]: 6).

Tabayyun dengan begitu, tidak sekadar berhubungan dengan etika komunikasi dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tapi lebih dari itu “Tabayyun” juga merupakan manifestasi dari iman seseorang yang harus tunduk pada perintah Allah SWT Sang Maha Pencipta.

Banyak kasus dan fenomena yang menggejala bahkan menjadi sumber persoalan, sumber konflik dan bahkan perpecahan diantara sesama anak bangsa hanya karena mudah menerima dan percaya dengan informasi atau berita yang diterima. Tabayyun sebenarnya mengandung tuntunan agar setiap ummat tidak terjebak pada menebar “fitnah” yang membuat orang lain teraniaya dan terdzalimi.

Apalagi menjelang tahun politik seperti sekarang ini, Tabayyun sebenarnya merupakan benteng dan tuntunan bagi masyarakat agar tetap dalam koridor sebagai insan yang  cerdas, yakni mereka yang tidak mudah termakan oleh isu, informasi atau berita yang tidak terkonfirmasi kebenarannya.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam aspek kehidupan apapun di dunia ini, apalagi di era sekarang, penguasaan informasi dan komunikasi menjadi sangat penting dan strategis. Itulah sebabnya, ada ungkapan yang mengatakan, “Siapa yang menguasai informasi” maka dialah yang akan menguasai dunia”.Meski demikian, yang penting menjadi catatan adalah informasi yang disebar atau diperoleh terkonfirmasi kebenarannya. Jika tidak, maka informasi itu justru akan menyesatkan.

Dalam konteks kearifan lokal Gorontalo, Tabayyun ini memiliki korelasi dengan istilah “Moulindtapo” yang berasal dari kata “Montdapo”, yakni informasi yang datang atau diperoleh, diibaratkan seperti suguhan makanan ke dalam mulut yang harus “dikunyah” terlebih dahulu sebelum ditelan. Orang yang “Montdapo” atau yang kritis dalam menerima informasi sudah pasti akan menjelma menjadi sosok yang “Moulindtapo” yang berarti cerdas.

Dalam perspektif Gorontalo dengan demikian, orang yang selalu bertabayyun merupakan ciri orang yang cerdas, yakni orang mampu menelaah dengan cermat, kritis dan arif dalam menerima berbagai informasi, menyebarkan informasi bahkan dalam aspek menempatkan dirinya secara tepat.

Oleh karena itu, jika ditinjau dari aspek kuktural, sebenarnya orang Gorontalo sejak dulu telah mewarisi nilai-nilai  Tabayyun melalui kata “Mo’ulindtapo” yang tidak mudah menerima informasi begitu saja, tidak mudah termakan hoaks bahkan tidak mudah terjebak dalam ikut menebar fitnah dan adu domba.

Yang penting digaris-bawahi, bahwa menjelang perhelatan politik tahun 2024 mendatang, secara nasional dan kedaerahan, masyarakat akan digempur dan dibombardir dengan berbagai informasi yang “tidak terfilter” yang bakal bertebaran di medsos. Oleh karena itu, masyarakat sendirilah yang sejatinya diharapkan tampil “cerdas” untuk memfilter semua informasi yang tersaji.  Salah satunya melalui komitmen sikap untuk senantiasa “bertabayyun”. Jika tidak, maka siapapun kita akan berpotensi menjadi “irasional” bahkan mudah tersesat dalam jebakan fitnah yang dapat mendzalimi orang lain. Lebih spesifik lagi, bagi orang Gorontalo yang sejak dulu telah mewarisi nilai-nilai Moulindtapo yang selaras dengan perintah Tabayyun dalam Al-Quran, tidak akan mudah dicerca dengan berbagai informasi maupun berita yang tidak terkonfirmasi kebenarannya atau hoaks. Semoga (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.