
RadarGorontalo.com – Warga Desa Tolomato Kecamatan Suwawa Tengah, mengalami keracunan zat kimia berbahaya. Gara-gara mengkonsumsi air yang sudah terkontaminasi limbah B3 sejenis sianida (CN). Diduga zat kimia berbahaya itu, secara sengaja dibuang oleh empat orang warga setempat yang diduga berprofesi sebagai penambang. Keempat warga itu, masing-masing HT alias Han (42), IM alias Man (20), DI alias Dev (19) dan DN alias Dan (17) sudah diamankan kepolisian.
Dari penuturan polisi, ini terjadi Sabtu, (16/7). Keempat warga itu, diduga Membuang limbah B3 yakni zat jenis sianida itu, ke aliran air sungai Tapadaa, yang alirannya melintasi bak penampungan air yang ada di desa tersebut. Sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda, yakni Pukul 14.00 WITA dan 17.30 WITA Sabtu (16/07). Nah, akibat dari kelakuan mereka, sejumlah anak – anak yang ada di desa tersebut, menederita sakit perut dan muntah-muntah, karena air yang dikonsumsi sejumlah warga itu berasal dari sumber yang digunakan di Desa Tolomato. Gara-gara kejadian itu, warga desa sejak Sabtu, enggan mengkonsumsi atau menggunakan air sungai, utamanya yang ditampung dalam bak, karena takut keracunan.
Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP S Bagus Santoso SIK, ketika dimintai keterangan juga membenarkan kasus tersebut. Dan sampai dengan saat ini, informasi yang didapat pihak Polda, bahwa kasus itu telah ditangani Polsek Suwawa. “Empat pelaku telah diamankan di Sel Mapolsek Suwawa, untuk diproses hukum,”ujar Kabid. Selain itu tambah Kabid, dari hasil oleh TKP yang dilakukan aparat Polsek Suwawa, juga berhasil menemukan sejumlah anak yang tengah menderita sakit perut, diduga dampak dari pencemaran zat kimia tersebut. Bahkan dari pengakuan empat palaku itu, zat kimia yang dicemarkan ke aliran air sungai, merupakan sisa olahan tambang emas, yang dilakukan mereka. “Selain pengakuan, sejumlah alat bukti telah berahasil kami sita di lokasi tambang,”tukas Kabid.
Sementara itu, cerita yang beredar di masyarakat setempat, mereka menduga zat kimia sejenis sianida itu, memang dilepas begitu saja ke sungai, dengan maksud untuk meracuni ikan, agar mudah ditangkap. Tak tahunya, ulah keempat warga itu, memakan korban manusia. (rg-62)
Awalnya, masyarakat tidak menaruh curiga saat ternak mereka tiba-tiba mati. Bagi mereka, matinya sapi-sapi itu dianggap wajar karena diduga sakit atau penyebab lain. Namun, semakin hari masyarakat mulai bingung dengan makin banyaknya sapi yang sekarat dan tidak lama kemudian mati di ladang atau di sawah. Mereka mencari tahu penyebab matinya ternak mereka, tetapi tidak ada jawaban yang memuaskan. Pada kematian sapi yang ke-86, akhirnya warga Bongomeme melaporkan masalah tersebut kepada pemerintah setempat.