Wed. May 1st, 2024

    Reporter : RAGORO 

    RGOL.ID (KOTA GORONTALO) – Selama dua priode menjadi Walikota, tercatat ada dua kali Marten Taha tampil sebagai Khatib pada Idul Fitri, yang pertama pada priode pertama dan kedua pada Shalat Idul Fitri kemarin dan ini Khutbah terakhir bagi dia sebagai Walikota.

    Selain itu Walikota Marten Taha juga tercatat dia kali tampil sebagai Khatib pada Shalat Idul Adha.

    Dari Khutbah Idul Fitri kemarin, Marten dengan harus menceritakan bagaimana cara memilih pemimpin dan bagaimana dia bersikap selama dua priode menjadi pemimpin di Kota Gorontalo.

    Materi khutbah yang ditampilkan Marten kemarin sedikit politis mungkin karena berada pada tahun politik, Pileg memamg sudah selesai dan sekali sudah menghadapi Pilkada.

    Jadi tema ini memang tepat, karena itu apa yang disampaikan Marten dalam Khutbah Idul Fitri jadi sangat menarik. Apalagi biak dikaitkan dengan sikap kepemimpinan Marten Selama ini, apa dan bagaimana seorang Marten bisa dilihat dari isi Khutbah nya.

    Kita Mulai dari soal perbedaan dan cara memilih pemimpin,. Marten kemudian bicara soal makna puasa. Menurut dia
    meski puasa merupakan salah satu ajaran Islam yang fundamental, namun pesan, spirit dan nilai sesungguhnya bersifat universal, yang dapat diapresiasi oleh pemeluk agama dan masyarakat manapun, dalam kesamaan ataupun kebhinekaan.

    Oleh karena itu kita bersyukur kepada Allah SWT bahwa Ramadhan tahun ini kembali mengingatkan sekaligus mengajak kita untuk belajar memperkaya diri, memperkaya dengan kebesaran jiwa, belajar untuk menerima perbedaan dari segala keadaan atau sekurang-kurangnya belajar lebih cerdas untuk tidak sama, yaitu tidak sama cita-cita, tidak sama pendapat atau pikiran, dan tidak dalam sama pilihan, termasuk pilihan-pilihan yang kerap mengundang sensitifitas manusiawi, seperti perbedaan dalam hal memilih calon pemimpin.

    Sebenarnya harus kita sadari bahwa perbedaan itu tidak perlu menjadi problem atau
    sengketa.

    Sebab Allah pun sudah sangat jelas menciptakan segalanya selalu berbeda. Seperti ada siang, ada malam, ada laki-laki, ada perempuan, ada hitam ada putih dan masih ada jutaan atau bahkan milyaran perbedaan lainnya ada di sekitar kita.

    Jadi kita tak perlu bimbang, tidak perlu marah, apalagi marah hanya karena berbeda pendapat, berbeda pilihan, pada hal perbedaan itu sudah berjalan sesuai sunnatullah.

    Memilih pemimpin terbaik adalah kewajiban. Maksudnya bahwa Kita wajib memiliki seorang pemimpin yang baik, karena kehadiran seorang pemimpin menjadi sebuah kebutuhan.

    Dan dalam sebuah kehidupan, kita tidak boleh tidak punya pemimpin. sebab Nabi sendiri mengisyaratkan dan mengingatkan kepada umatnya bahwa jika kamu berkumpul atau bepergian dalam jumlah tiga orang atau lebih maka hendanya satu di antaranya diangkat untuk pemimpin yang lainnya.

    Tetapi kalau pada kenyataannya apa yang baik menurut kita ternyata berbeda dengan apa yang menjadi pandangan atau pikiran orang yang lain, maka tidak perlu kita saling memaksakan diri, tidak boleh saling memaksakan kehendak diri sendiri apalagi sudah saling menyalahkan, biarlah hal itu berjalan sesuai pilihan jalur masing-masing. Dan kita pun harus yakin bahwa Insya Allah semuanya akan bermaksud baik.

    Dan insya Allah juga kebaikan itu adalah menjadi kebaikan.
    Dan inilah di antara spirit ibadah Ramadhan, yang mendidik umat islam untuk bisa memahami perbedaan yaitu dengan selalu hidup bersama dalam perbedaan dan berbeda dalam kesamaan.

    Jangan pernah terjadi sebuah perbedaan yang merusak tatanan kebersamaan yang sudah sejak lahir kita tata bersama.
    Ukhuwah yang selama ini kita bangun dan di jaga dengan baik tidak boleh ternoda sedikit pun.

    kenikmatan hidup bersama ini harus kita rawat jangan pernah terganggu oleh kepentingan dari kelompok atau golongan yang merusak ukhuwah. Dan harus kita ingat bahwa Allah dan Rasul-Nya mengutuk perpecahan yang seringkali diakibatkan oleh hal-hal sepele, yang tidak memberikan dampak kebaikan yang lebih besar apalagi hanya merugikan kehidupan orang banyak.

    Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang istiqomah melaksanakan amanah, dan pemimpin istiqomah itu adalah senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah, mencintai ummat dan dicintai oleh ummat, serta memiliki kemampuan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan umat baik lahir maupun bathin

    Dalam proses memilih pemimpin, tentu sangat diperlukan syarat atau kriteria dari calon seorang pemimpin, tetapi ingat kriteria itu bukan untuk disengketakan atau bukan jadi bahan perdebatan yang tidak berkesudahan sebab kriteria dari calon seorang pemimpin harus di ketahui atau kita butuhkan dengan maksud supaya ke depan nanti sudah dapat di lihat pemimpin yang mensejahterakan,
    dan bukan menyusahkan, pemimpin yang mencerdaskan bukan
    membodohkan.

    Dan harus kita pahami bahwa dalam perjalanannya untuk memilih pemimpin, kita hanya memiliki kapasitas ikhtiar dalam melakukan proses untuk memilih siapa yang terbaik menurut kita, pemilihan yang di lakukan melalui pemungutan suara di TPS, itu juga hanya sebuah proses, sementara kepastian siapa yang terpilih dan paling layak menduduki tahta kepemimpinan sudah ada lebih dulu dalam ruang kehendak dan ketentuan Allah SWT.

    Sebab dalam Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 26 dengan tegas Allah SWT mengingatkan:
    Artinya…
    Katakanlah, “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapu yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.

    Rasulullah SAW telah memberikan contoh bahwa untuk menjadi scorang pemimpin harus memiliki karakter pemimpin yang ideal yang selanjutnya di aplikasikan dalam seni kepemimpinan di zaman modern sekarang.

    Empat karakter yang di miliki Rasulullah dan menjadi pedoman dasar dari seorang pemimpin adalah :

    Pertama : Sidiq yang berarti jujur.
    Scorang pemimpin tidak boleh meremehkan sifat kejujuran. Karena fakta Sejarah telah membuktikan bahwa kejujuran memiliki energi yang dasyat untuk melegitimasi kepemimpinan.
    Sebab pribadi scorang pemimpin yang jujur lebih mudah di terima di masyarakat serta di yakini akan tenang dan lebih senang masyarakat apabila yang memimpin adalah seorang pribadi yang jujur.

    Kedua: Sifat Amanah yang berarti di percaya jika kejujuran berfungsi melejitkan potensi internal untuk melegitimasi pemimpin, maka sifat amanah merupakan karakter eksternal yang berfungsi meningkatkan etos kerja. Sifat Amanah inilah yang bisa memacu dan memicu pemimpin untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

    Dan sangat di yakini bahwa pemimpin yang Amanah akan selalu menjunjung tinggi etika sehingga tidak suka mempermalukan orang lain, selalu membangun kepercayaan diri melalui kualitas dan kapasitas diri, berani mengakui kesalahan diri sendiri dan teguh dalam memegang prinsip dengan segala risiko dan konsekuensi yang harus hadapi

    Ketiga: Sifat tabligh yang berarti menyampaikan atau komunikatif
    Karakter ini harus dimiliki seorang pemimipin karena dalam menjalankan tugas, pemimpin selalu berhadapan dengan manusia yang punya perasaan dan pikiran.

    Bukan berhadapan dengan benda mati yang mudah direkayasa. Oleh sebab itu, pemimpin dituntut terampil berkomuniksi agar apa yang di sampaikan bisa dipahami dan dilaksanakan dengan baik.

    Seorang pemimpin harus juga bersikap terbuka sehingga masyarakat tidak segan atau takut menyampaikan keinginannya.

    Seperti inilah yang dicontohkan Rasulullah Saw. dalam menjalin komunikasi dengan para sahabatnya.

    Keempat: Sifat fathanah yang berarti cerdas Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Visioner dan memiliki program yang jelas dalam memajukan masyarakat. Memiliki analisa yang tajam, mampu membuat strategi yang jitu, serta cermat mengidentifikasi skala prioritas dalam menyelesaikan masalah.

    Sebaliknya bila seorang Pemimpin yang tidak visioner maka sudah pasti tidak memiliki pendirian yang teguh, sehingga mudah dipengaruhi orang lain.

    gampang termbang-ambing di antara serbuan argumen yang beragam. Sehingga dampaknya segala keputusan yang diambil rentandengan kesalahan dan berpotensi merugikan orang banyak.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar

    Pada momentum Idul Fitri inilah menjadi moment yang tepat untuk melakukan evaluasi diri atau mawas diri, untuk mengukur kualitas pribadi dalam keseluruhan amal yang kita lakukan selama Ramadhan dengan penuh hikmah. Dalam arti bahwa hasil didikan Ramadhan selama sebulan, harus mampu mengantarkan kita untuk menghindari sengketa atau perpecahan, Ramadhan harus selalu memberikan kebaikan untuk kehidupan orang lain, dan senantiasa berbagi kasih sayang dengan sesama.

    Kebersamaan inilah yang sangat kita butuhkan di tengah-tengah kehidupan dalam menghadapi perjalanan untuk mencapai dan mewujudkan ruang kehidupan kita yang lebih baik, kehidupan yang lebih beradab dan berakhlak menuju tatanan hidup dan kehidupan yang sejatinya menjelma sebuah situasi dan kondisi sosial politik yang baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

    Jama’ah shalat Id Rahimakumullah Dalam hal kepemimpinan, ajaran islam sudah menjelaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin. Hal ini telah di sampaikan Rasulullah lewat haditsnya :

    Kullukum roo’in wakullukum mas ‘ulun ‘an ro’iiyyatihi
    Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan di mintai pertanggung jawaban. ( H.R Imam
    Kepemimpinan pada hakikatnya adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan, bukan hadiah atau pemberian yang dapat dinikmati sekehandak hati. Kepemimpinan juga bukan fasilitas untuk memperkaya diri, tetapi sebaliknya pemimipin itu harus memanfatkan moment kepemimpinannya sebagai kesempatan beraktivitas untuk ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT.

    Oleh karena itu pemimpin yang baik adalah berbuat dan bekerja dengan tujuan utamanya yaitu meraih redha Allah SWT, selalu berusaha tidak berlebihan dalam segala kebijakan ketika menjadi pemimpin. Sebab di dalam ajaran agama islam, apapun yang sifatnya berlebihan tidak akan berakibat baik untuk kehidupan, bahkan Allah SWT sudah tegaskan bahwa perbuatan yang sudah berlebihan itu adalah tindakan pemborosan yang tergolong dalam peri laku atau sekutunya syetan.

    Allah berfirman :
    Sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara syetan dan syetan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (Os, Al-Isra :27)Perlu juga kita sadari, bahwa sesorang pemimpin terpilih di kancah politik harus diakui bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang mudah. Sudah pasti membutuhkan kemasan yang menarik, perlu modal yang tidak kecil, butuh kecerdasan yang tidak sederhana. sebab siapapun yang terlibat, dan jadi apapun keterlibatannya itu, semua perlu ketulusan yang prima, butuh keikhlasan yang sempurna, agar apapun hasilnya, harus di terima dengan tawakkal, tanpa harus menyalahkan atau menuduh pihak-pihak yang belum tentu bersalah apalagi di paksa untuk harus bertanggung jawab.

    Kalau kepemimpinan ini dapat dijalankan secara benar dan proporsional, sudah pasti akan menjadi kendaraan pembawa misi suci sebagai bekal amal dan ibadah kepada Allah SWT Inilah di antara isu penting yang harus kita tahu dan sensitif yang seringkali mewarnai kehidupan politik masyarakat bite
    amimoin tesopas dari nilai-nilai moral
    agama maka tidal menutun komunolinan akan danat mendorono tindalan tindakan destruktif

    tindak kekerasan, rusaknya ukhuwah dan persaudaran, saling tidak menghargai, dan pada akhirnya terjebak pada iklim disintegrasi yang mendatangkan murka Allah SWT….. Na’uzubillähi min
    dzalik.

    Karena itu, terlepas dari sisi-sisi adanya kesenjangan sejarah, bias kultural, atau pun jarak ideologis lainnya, kita sangat paham bahwa antara kita dengan Nabi dan para shahabatnya hidup sangat berbeda zaman, tetapi paling tidak kita harus mengetahui usaha-usaha Rasulullah dalam membangun Kota Mekah dan Kota Madinah yang bermartabat yang dibingkai dalam spirit wahyu, sehingga sampai saat kini kedua Kota suci tersebut tetap menjadi magnet umat manusia di seluruh dunia, sehingga mash sangat relavan untuk diteladani jika kita ingin membangun sekaligus memiliki daerah yang penuh berkah.

    Dan Sangat pantas bila kita saat ini mendambakan Kota Gorontalo yang kita cintai ini menjadi Kota agamis. Dan sangat mungkin pula bila Masyarakat Kota Dan Provinsi Gorontalo berharap lahirnya pemimpin-pemimpin yang lebih berpihak pada kepentingan agama dengan kehidupan masyarakatnya selalu dalam ketaatan terhadap perintah dan larangan Allah SWT.

    Oleh Karena itu dengan spirit didikan Ramadhan yang baru saja kita lalui ini, saya mengajak kepada seluruh umat islam dan Masyarakat pada Gorontalo, mari kita perkuat kebersamaan untuk mewujudkan mekanisme taushiyah yang menyehatkan, silahkan lakukan koreksi yang membangun dan menggembirakan, dan bukan sebaliknya saling hujat menghujat, mencari-cari kesalahan orang lain yang semua itu hanya akan memecah belah kehidupan umat dan merusak Persatuan.

    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd.
    Selama sebulan penuh di bulan Ramadhan, kita saksikan pemandangan ramai di berbagai tempat, masjid-masjid di padati dengan ragam kegiatan, mulai dari fenomena ta’jil bersama, siraman-siraman rohani yang menyejukkan hingga qiyamul lail bersama, berbagai usia masyarakat tumpah ruah meramaikan masjid-masjid, dan inilah lambang kebersamaan yang menakjubkan, dan inilah situasi dan kondisi kebersamaan yang wajib kita jaga sampai waktu sangat jauh Ramadhan meninggalkan kita.

    Oleh karena itu tugas kita semua sekarang adalah mempertahankan hidup dalam kebersamaan untuk banyak tujuan. Sebab sangat di yakini bahwa dengan kebersamaan kita dapat menyelesaikan kemiskinan.

    Dengan kebersamaan kita dapat menyelesaikan kebodohan. Melalui kebersamaan pula kita akan sanggup menggapai tujuan. Tetapi harus di ingat bahwa tujuan itu akan sulit dan sangat sulit kita tempuh jika kenyataan kehidupan umat masih bercerai-berai. Masyarakat hidupnya mash terkotak-kotak oleh kepentingan kelompok tertentu.

    Lalu apa usaha yang terbaik untuk
    kita lakukan saat ini?
    Jamaah Sholat led yang berbahagia,
    Kita butuh persatuan. Kita butuh kebersamaan. Kita perlu memperkuat solidaritas. Sehingga andai saja kebersamaan yang kita jalin selama Ramadhan itu, terus kita bawa dan mengikat sampai ketahapan pemilihan pemimpin di tingkat mana pun, maka sangat di yakini, bahwa akan kuatlah ikatan kebersamaan fisik dan politik umat saat ini. Dan kebersamaan itu pula yang akan disegani oleh lawan, bahkan mungkin akan ditakuti musuh-musuh Allah yang hanya akan merusak keutuhan umat dan membongkar ikatan persatuan bangsa pada umumnya.
    Oleh sebab itu, kita tidak boleh mudah terpengaruh godaan-godaan pragmatis yang hanya akan memberikan kenikmatan sesaat apalagi dengan janji-janji yang tidak terpenuhi. Sebab kondisi seperti inilah akan sangat membutuhkan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan umat, pemimpin yang sanggup membawa kesejahteraan hidup umat dan bukan pemimpin yang hanya akan memecah belah umat.

    Kita harus menyadari bahwa semua permasalahan yang sering terjadi selama ini di tengah-tengah kehidupan umat, akan mudah diatasi dengan pola hidup umat yang selalu dengan pakaian taqwa. Allah SWT sudah mengabarkan lewat firmannya dalam Alqur’an surah Al-A’raf ayat 96 dengan tegas Allah jelaskan bahwa: “Sekiranya penduduk suatu negeri, masyarakat suatu wilayah, warga suatu Kota beriman dan bertaqwa, maka pasti Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi”.

    Untuk itu adalah sangat tepat jika seorang pemimipin yang benar dan amanah selalu berpedoman pada langkah-langkah penting yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dengan para
    rahasia keberhasilan Nabi itu tidak lain adalah selalu mengedepankan perinsip ukhuwah. Sebab dengan ukhuwah sudah pasti tidak ada yang namanya diskriminasi atas nama apa pun, tidak ada kompetisi yang tidak sehat, tidak ada tekan menekan antara yang kuat dan yang lemah, semuanya akan hidup sejajar setara dengan atas nama kemanusiaan dalam bingkai fastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

    Kita butuh persatuan. Kita butuh kebersamaan. Kita perlu memperkuat solidaritas. Sehingga andai saja kebersamaan yang kita jalin selama Ramadhan itu, terus kita bawa dan mengikat sampai ketahapan pemilihan pemimpin di tingkat mana pun, maka sangat di yakini, bahwa akan kuatlah ikatan kebersamaan fisik dan politik umat saat ini.

    Dan kebersamaan itu pula yang akan disegani oleh lawan, bahkan mungkin akan ditakuti musuh-musuh Allah yang hanya akan merusak keutuhan umat dan membongkar ikatan persatuan bangsa pada umumnya.
    Oleh sebab itu, kita tidak boleh mudah terpengaruh godaan-godaan pragmatis yang hanya akan memberikan kenikmatan sesaat apalagi dengan janji-janji yang tidak terpenuhi.

    Sebab kondisi seperti inilah akan sangat membutukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan umat, pemimpin yang sanggup membawa kesejahteraan hidup umat dan bukan pemimpin yang hanya akan memecah belah umat.

    Kita harus menyadari
    bahwa semua permasalahan yang sering terjadi selama ini di tengah-tengah kehidupan umat, akan mudah diatasi dengan pola hidup umat yang selalu dengan pakaian taqwa. Allah SWT sudah mengabarkan lewat firmannya dalam Alqur’an surah Al-A’raf ayat 96 dengan tegas Allah jelaskan bahwa: Sekiranya penduduk suatu negeri, masyarakat suatu wilayah, warga suatu Kota beriman dan bertaqwa, maka pasti Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi”.

    Untuk itu adalah sangat tepat jika seorang pemimipin yang benar dan amanah selalu berpedoman pada langkah-langkah penting yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dengan para
    bukti bahwa kita memang bisa Bersatu serta sangat benci terhadap perselisihan dan cerai berai.

    Kita harus banyak belajar dari Sejarah Nabi Muhamad SAW ketika mampu mendobrak benteng pertahanan musuh bahkan sanggup unggul dan mengalahkan kekuatan politik lawan. Dan rahasia keberhasilan Nabi itu tidak lain adalah selalu mengedepankan perinsip ukhuwah. Sebab dengan ukhuwah sudah pasti tidak ada yang namanya diskriminasi atas nama apa pun, tidak ada kompetisi yang tidak schat, tidak ada tekan menekan antara yang kuat dan yang lemah, semuanya akan hidup sejajar setara dengan atas nama kemanusiaan dalam bingkai fastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Dari perinsip inilah Rasulullah mampu merawatnya dengan sprit ajaran yang santun. sehingga menjadi wajib bagi kita selaku umatnya untuk berpedoman pada perinsip kehidupan yang ukhuwah.
    Allah SWT sudah menjelaskan bahwa di ciptakan manusia itu dari berbeda-beda, yaitu ada Wanita, ada laki-laki bersuku-suku dan berbangsa-bangsa namun bukan karena kemuliaan dan keunggulan dari golongan masing-masing, tetapi lebih di dasarkan pada pertimbangan nilai ketakwaan. Firman Allah surah Al-Hujurat ayat :13
    Artinya :
    Wahai Manusia, sesung” kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan Perempuan, berbangsa-bangsa, bersuku ‹ku agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi
    Jamaah Sholat led yang berbahagia
    Perbedaan pendapat di antara kita umat islam sebenarnya harus menjadi Rahmat dalam kehidupan. Dan seorang pemimpin senantiasa terbuka dan lapang dada untuk menerima koreksi maupun kritikan. Hal ini perlu di lakukan oleh seorang pemimpin demi tumbuhnya semangat kritis dan semangat kompetitif. Karena umat kita ini masih harus di ajak dan di didik dengan cerdas. Dan harus di sadari bahwa kecerdasan umat akan luntur lantaran tidak adanya kesiapan dari kehidupan umat untuk berbeda pendapat. Padahal kita sebagai orang mu’min adalah bersaudara. Dan orang mu’ min itu harus menghidupkan budaya ishlah & tabayyun… mari kita hindari sikap hidup yang
    sejatinya kita
    Rasulullah tegaskan dalam hadtsnya :
    khairun naas, anfuuhum linnas, sebaaik-baik manusia di antara kamu adalah memberi manfaat bagi manusia yang lain.
    Hadirin jamaah ied yang berbahagia,
    Berlalunya bulan Ramadhan dan hari ini kita beridul Fitri, maka di akhir khutbah ini saya mengajak kepada umat muslim di Kota Gorontalo, mari kita jadikan hari raya idul Fitri hari ini sebagai titik awal dalam menebus segala kesalahan dan kehilafan di antara kita, dan dengan penuh harapan serta do’a, semoga Allah memberi keredhaan kepada kita sambil mengulurkan tangan, mari kita semua di moment hari raya idul Fitri hari ini, kita saling maaf memaafkan, hilangkan rasa dendam dan hasut dalam dada, mungkin selama perjalanan hidup di waktu yang berlalu, terjadi perbedaan pendapat, perbedaan pilihan yang menimbulkan perselisihan di antara kita, maka hilangkan semua itu, dan mari kita lebih banyak bersilaturahmi, mari kita jauhi pertengkaran dan pertikaian, jangan hanya perbedaan pilihan, persatuan kita jadi retak, jangan hanya perbedaan pikiran dan perbedaan pendapat, persaudaraan kita jadi renggang, dan jangan hanya perbedaan pilihan politik kita menjadi lemah dan hancur serta ukhuwah kita jadi berantakan.

    Nabi Muhamad SAW telah berpesan kepada kita umatnya dan pesan itu sangat penting jadi pedoman bagi kita umat islam dalam rangka membangun keharmonisan dans ekaligusm enciptakan keunggulan hidup dalam bermasyarakat.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.