Wed. May 1st, 2024
    Istri Amir Ibrahim saat menyelesaikan pesanan terompet, di kediman mereka, Senin (26/12). (foto : abink/rg)
    Istri Amir Ibrahim saat menyelesaikan pesanan terompet, di kediman mereka, Senin (26/12). (foto : abink/rg)

    RadarGorontalo.com – Bagi sebagian orang, malam pergantian tahun adalah saatnya bersenang-senang. Berapapun duit, yang keluar bukan masalah. Bunyi terompet, hingga ledakan kembang api di udara, membuat malam semakin semarak. Tapi bagi Amir Ibrahim dan keluarganya, malam pergantian adalah waktunya mengais rezeki. 6 tahun menekuni profesi sebagai pembuat terompet, Amir akhirnya mampu membeli rumah tipe 47 dibayar kontan, plus 1 unit motor.

    Sabrin, Radar Gorontalo

    Saat bertandang di kediamannya di Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo, Pukul 08.00 Wita, Senin (26/12), Amir Ibrahim sedang asyik menyeruput kopi hitam. Sambil sesekali, mengutak-atik produk terompet yang sedang dikerjakannya. Amir pun mulai bercerita, sejarah kapan dirinya memulai membuat terompet, hingga teknis pembuatannya.

    Kata Amir, dirinya sudah menggeluti profesi itu sudah 6 tahun, tepatnya 2010 silam. Kala itu, Amir bersama sang istri masih tinggal di Kota Manado Sulawesi Utara. Tahun-tahun sebelumnya, Amir melihat setiap malam pergantian tahun, permintaan terompet begitu tinggi, sampai-sampai harus diimport dari wilayah Jawa. Disinilah Amir melihat peluang.. Setelah belajar sana-sini, akhirnya mulailah Amir memproduksi sendiri. Awal produksi, jumlahnya masih sedikit, tapi sekarang sudah ribuan.

    Singkat cerita, tiga tahun mencari peruntungan di Kota Manado, Amir bersama istri dan anak perempuannya, hijrah ke Kota Gorontalo, tahun 2013. Karena membuat terompet hanya bisa dilakukan di setiap jelang akhir tahun, maka untuk menghidupi keluarga, Amir bekerja sebagai penarik bentor. Tapi, memasuki bulan Desember, Amir dipaksa memarkir bentornya, dan beralih membuat terompet. Awalnya, dirinya mengeluh karena permintaan terompet di Gorontalo, sangat minim dibanding daerah seperti Sulawesi Utara. Tapi berbekal jejaring semasa tinggal di Kota Manado, akhirnya terompet yang dibuatnya bisa diekspor ke Sulut.

    Dibanding tahun-tahun sebelumnya, kali ini Amir sudah menggunakan modal cukup besar. “kalau sekarang, saya sudah pake modal Rp. 15 juta,” kilah Amir, sambil sesekali memotong kertas berwarna sebagai ornamen terompet. Untuk mendapatkan modal sebesar itu, Amir harus benar-benar berhemat, dan bekerja ekstra selama 4 bulan. Untung, bentor yang dikendarainya itu adalah milik sendiri. Pembelian bahan, tidak dilakukan sekaligus. Satu per satu, bahan pembuatan terompet diperolehnya dari pemulung. “Gelas bekas minuman bersodah saya beli 1 Ton dengan harga per kg sebesar Rp 5000 pada pemulung. wadah bekas lem harus saya sediakan sebaanyak 720 buah, kemudian balon plastik sekitar 20 buah, untuk plastik berwarna sebanyak 1.400 lembar. Kemudian pipa plastik sebanyak 200 ujung, itu saya beli di toko bangunan yang ada di Kota Gorontalo. Sementara poster bekas yang harus disediakan ada sebanyak 4000 lembar, dan lem tembak sebagai perekat terompet sekitar 10 Kg yang saya beli di toko bangunan,” jelas Amir, yang enggan foto dirinya diambil saat membuat terompet.

    Dalam satu kali produksi, Amir bersama keluarganya mampu membuat 5000 sampai 7500 terompet. Dan sebagian besar, terompet ini diekspor ke Kota Manado, dan kota-kota sekitarnya di Sulut. Soal keuntungan, Amir masih malu-malu mengungkapnya. Namun, kata Amir kalau modal 15 juta, biasanya untung sampai 100 persen. Intinya kata Amir, semakin tinggi permintaan, makin tinggi pula keuntungan. 6 tahun menggeluti bisnis ini, cukup bagi Amir untuk memahami sistem dagangnya. “pokoknya sistem beli putus. barang yang diberikan, sesuai dengan pesanan dan jumlah uang. Saya tidak menerima kembali dagangan yang tidak laku,” timpalnya lagi.

    Setelah hampir sebulan memproduksi, terompet buatan Amir itu, laku terjual beberapa hari sebelum malam pergantian tahun, berikut uang hasil penjualan. Dan itu sudah termasuk modal dan keuntungan. “Alhamdulillah, hasil dari profesi ini sudah mampu membuat saya membeli rumah permanen dan satu unit motor, serta menyekolahkan anak perempuan saya,” tutup Amir mengakhiri perbincangan dengan Radar Gorontalo. (#/RG)

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.